Saat ini kita berada di penghujung tahun Masehi 2010 dan awal tahun Hijriah 1432. Kondisi ini sangatlah cocok sebagai momentum introspeksi diri (muhasabah). Tujuannya, untuk mengukur seberapa sukses karya yang telah kita lakukan selama satu tahun ke belakang. Apakah kinerja kita menuju kemajuan atau malah sebaliknya menuju kemunduran. Berdasarkan evaluasi ini, kita tentukan langkah apa yang akan diperbuat di masa mendatang, baik dalam jangka tahunan, bulanan, mingguan, atau harian.
Al-Quran telah memberikan sinyal tentang pentingnya proses introspeksi ini, sebagaimana tersurat dalam QS Al-Hasyr 18-19;
“Wahai orang-orang yang beriman. bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuat untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah. Sungguh Allah maha teliti terhadap apa yang kamu kerjakan…..”
Proses evaluasi dan perencanaan berdasarkan ayat ini, bukanlah untuk kehidupan dunia semata, melainkan juga kehidupan akhirat. Setiap saat seyogyanya kita melihat amalan apa yang pernah dilakukan sebagai bekal di akhirat kelak.
Orang yang cerdas adalah orang yang mempu menahan jiwa dari berbuat maksiat dan pekerjaan yang tidak bermanfaat. Sebaliknya, orang yang lemah adalah mereka yang selalu mengikuti bisikan hawa nafsu, senantiasa berangan-angan namun tidak dipraktekkan. Perbedaan sukses dan tidaknya seseorang, terletak seberapa mampu ia menahan hawa nafsu.
Hal ini tidak hanya berlaku bagi orang islam. Orang kafir sekalipun, manakala ia mampu mengekang jiwa meraka maka ia akan menggapai puncak karir di dunia. Dalam QS As-sajdah 24, Alloh menerangkan bahwa nabi Bani Israil telah menjadi pemimpin umat, ketika mereka sabar dan tabah terhadap ujian serta yakin terhadap ayat-ayat Alloh.
“Dan Kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami ketika mereka sabar. Dan adalah mereka meyakini ayat-ayat Kami. (QS: As Sajdah:24)”
Untuk itu, marilah kita menjadi garda terdepan untuk meraih kesuksesan. Berapa banyak karya yang telah dihasilkan bagi umat selama umur kita. Seberapa banyak amalan yang telah dilakukan dengan penuh keikhlasan. Mari bersegera menggapai ampunan sebelum terlambat.
Umar bin Al Khattab berkata : “hisablah dirimu sebelum dihisab, dan timbanglah sebelum ia ditimbang, bila itu lebih mudah bagi kalian dihari hisab kelak untuk menghisab dirimu dihari ini, dan berhiaslah kalian untuk pertemuan akbar, pada saat amalan dipamerkan dan tidak sedikitpun yang dapat tersembunyii dari kalian”
Ada 3 jenis proses introspeksi (Muhasabah) yang bisa kita jadikan acuan yakni,
1. Muhasabah sebelum beramal. Maksudnya, apakah amalan yang akan dikerjakan sesuai dengan tuntunan rosul atau tidak, apakah sudah diniatkan karena Alloh atau bukan. Jika sudah teruskan, jika TIDAK urungkan.
2. Muhasabah ketika sedang beramal. Maksudnya, apakah jalan yang sedang dilalui sudah benar atau belum untuk mencapai tujuan. Jika benar lanjutkan, dan jika salah luruskan lagi (belok) sebelum tersesat jauh.
3. Muhasabah setelah beramal. Maksudnya, apakah amal yang sudah dikerjakan bermanfaat bagi umat atau tidak?. Jika tidak cari amalan lain, jika ya dan banyak pertahankan, jika ya dan sedikit, tambahlah amalan itu.
Sumber : www.nasihatislam.com
0 komentar:
Posting Komentar