Rabu, 14 Desember 2011

PENYEBAB KELUAR DARI ISTIQOMAH


Setiap manusia diciptakan Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam keadaan memiliki pembisik jahat yang memiliki target berbahaya. Bila manusia tersebut salah melangkah maka akan menjadi mangsa si pembisik yang jahat itu. 
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah mengisyaratkan dalam sabda beliau tentang adanya pembisik ini dalam hadits riwayat Al-Imam Muslim no. 2815 dari ‘Aisyah radhiallahu ‘anhu:
مَا لَكِ يَا عَائِشَةُ أَغِرْتِ؟ فَقُلْتُ: وَمَا لِي لاَ يُغَارُ مِثْلِي عَلَى مِثْلِكَ؟ فَقَالَ: أَوْ قَدْ جَاءَكِ شَيْطَانُكِ؟ قَالَتْ: يَا رَسُوْلَ اللهِ أَوَ مَعِي شَيْطَانٌ؟ قَالَ: نَعَمْ. قُلْتُ: وَمَعَ كُلِّ إِنْسَانٍ؟ قَالَ: نَعَمْ. قُلْتُ: وَمَعَكَ يَا رَسُوْلَ اللهِ؟ قَالَ: نَعَمْ، وَلَكِنْ رَبِّي عَزَّ وَجَلَّ أَعَانَنِي عَلَيْهِ حَتَّى أَسْلَمَ


“Ada apa dengan dirimu wahai ‘Aisyah, apakah kamu cemburu?” Aku (‘Aisyah) menjawab: “Bagaimana aku tidak cemburu terhadap orang seperti engkau.” Beliau berkata: “Ataukah telah datang syaithan (yang menjadi) pendampingmu?” Aku berkata: “Ya Rasulullah, apakah (ada) syaithan yang bersamaku?” Rasulullah menjawab: “Ya” Aku berkata: “Apakah setiap manusia didampingi syaithan?” Beliau berkata: “Ya” Lalu aku berkata: “Bersamamu juga?” Beliau menjawab: “Ya, akan tetapi Allah telah menolong diriku atasnya sehingga (ia) masuk Islam.”
Tahukah pembaca, siapa pembisik yang jahat itu? Dialah syaithan. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman dalam rangka mengingatkan kita:

وَلاَ تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُّبِيْنٌ. إِنَّمَا يَأْمُرُكُمْ بِالسُّوْءِ وَالْفَحْشآءِ وَأَنْ تَقُوْلُوا عَلَى اللهِ ما لاَ تَعْلَمُوْنَ

“Dan jangan kalian mengikuti langkah-langkah syaithan, sesungguhnya dia bagi kalian adalah musuh yang nyata. Sesungguhnya dia selalu memerintah kalian untuk (melakukan) kejahatan dan kekejian dan agar kalian mengucapkan terhadap Allah apa yang tidak kalian ketahui.”  (Al-Baqarah: 168-169)
Demikianlah betapa bahayanya pembisik ini. Allah Subhanahu wa Ta’ala telah mewanti-wanti setiap hamba-Nya agar mewaspadai ulah syaithan dan tidak terjatuh dalam bujuk rayu mautnya. Sekali terjatuh dalam jeratannya, akan sulit untuk melepaskan diri kecuali orang-orang yang Allah beri rahmat dan pertolongan.
Sikap senantiasa mewaspadai bujuk rayu syaithan dan menjauhi perbuatan yang bisa mengantarkan seseorang terjerumus pada perbuatan dosa yang sangat disukai syaithan, semestinya dimiliki oleh tiap muslim. Inilah faktor utama seseorang bisa bertahan meniti jalan istiqamah.
Dari sini betapa agung sikap istiqamah dan betapa celaka bagi orang yang keluar dari istiqamah. Al-Imam An-Nawawi rahimahullahu mengatakan: “Makna istiqamah adalah: Senantiasa di atas ketaatan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan (kalimat ini) termasuk dari Jawami’ Al-Kalim (lafadznya singkat dan maknanya padat) dan dia adalah pengatur semua perkara.”
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman di dalam Al-Qur’an:

إِنَّ الَّذِيْنَ قَالُوا رَبُّنَا اللهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلاَئِكَةُ أَلاَّ تَخَافُوْا وَلاَ تَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ الَّتِي كُنْتُمْ تُوْعَدُوْنَ

Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan Rabb kami adalah Allah, kemudian berpegang teguh padanya niscaya malaikat akan turun atas mereka untuk (memberikan kabar gembira) agar kalian jangan takut dan bersedih. Bergembiralah dengan jannah yang telah dijanjikan buat kalian.” (Fushshilat: 30)
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengabarkan dalam sabdanya tentang seseorang yang tidak istiqamah sebagaimana dalam hadits riwayat Al-Imam Muslim no. 118 dari shahabat Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu:

يُصْبِحُ الرَّجُلُ مُؤْمِنًا وَيُمْسِي كَافِرًا وَيُمْسِي مُؤْمِنًا وَيُصْبِحُ كَافِرًا يَبِيْعُ دِيْنَهُ بِعَرَضٍ مِنَ الدُّنْيَا

“Di pagi hari seorang beriman dan di sore harinya menjadi kafir, dan di sore harinya beriman di pagi harinya menjadi kafir. Dia melelang (menjual) agamanya dengan harta benda dunia.”
Termasuk perkara yang nyata dalam kehidupan, yang tidak akan dipungkiri oleh setiap orang adalah adanya sunnatullah (ketetapan Allah) bagi setiap hamba yang tidak akan berubah. Di antara hamba ada yang tersesat semenjak beban syariat harus ia tunaikan sampai ia menghadap Allah. Dan ada pula yang mendapatkan hidayah untuk istiqamah di awal perjalanan hidupnya namun di akhir kehidupan menjadi orang yang tersesat. Ada pula yang sebaliknya, di akhir kehidupan dia mendapatkan hidayah di jalan istiqamah meski awalnya penuh bergelimang dengan dosa dan maksiat. Inilah sunnatullah yang tidak bisa ditolak oleh setiap orang.
سُنَّةَ اللهِ الَّتِي قَدْ خَلَتْ مِنْ قَبْلُ وَلَنْ تَجِدَ لِسُنَّةِ اللهِ تَبْدِيْلاً

“Sunnatullah telah berlalu (berlaku) dari sebelumnya. Sekali-kali kamu tidak akan menjumpai pada sunnatullah itu perubahan.” (Al-Fath: 23)
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
مَا يُبَدَّلُ الْقَوْلُ لَدَيَّ وَمَا أَنَا بِظَلاَّمٍ لِّلْعَبِيْدِ


“Keputusan di sisi-Ku tidak dapat diubah, dan Aku sekali-kali tidak akan menganiaya hamba-hamba-Ku.” (Qaf: 29)
Ibnul Qayyim rahimahullah dalam kitabnya Al-Fawaid berkata: “Ada yang berpendapat, yang dimaksudkan (dalam ayat ini) seperti firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
لأَمْلأَنَّ جَهَنَّمَ مِنَ الْجِنَّةِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِيْنَ

“Sesungguhnya Aku akan memenuhi neraka jahannam dengan jin dan manusia (yang durhaka) semuanya.” (Hud: 119)
Sementara janji-janji yang diberikan kepada orang beriman adalah jannah. Hal ini tidak akan bisa diubah dan tidak bisa ditentang.”
Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhuma berkata: “Maksudnya, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: ‘Apa yang sudah Aku janjikan kepada orang-orang yang taat dan yang mendurhakai-Ku tidak akan berubah’.” Mujahid rahimahullah berkata: “Telah Aku putuskan apa yang memang Ku-putuskan.” Dan masih banyak penafsiran lain tentang ayat ini, namun yang paling benar adalah kedua penafsiran tersebut.
Beberapa Penyebab Keluar dari Istiqamah
Mengetahui perkara yang bisa menyebabkan seseorang keluar dari jalan istiqamah merupakan perkara yang sangat penting. Hudzaifah Ibnul Yaman radhiallahu ‘anhu berkata: “Orang-orang (para shahabat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam) bertanya kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam tentang kebaikan, namun aku bertanya kepada beliau tentang kejahatan (karena) khawatir (kejahatan tersebut) menimpaku.”
(HR. Al-Bukhari)
Melalui hadits ini dan hadits Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam:
الدِّيْنُ النَّصِيْحَةُ

“Agama itu adalah nasihat.” (HR. Muslim dari shahabat Tamim Ad-Dari radhiallahu ‘anhu)
Ada beberapa perkara yang menyebabkan seseorang menyeleweng dan keluar dari istiqamah, di antaranya:
a.   Hilangnya dasar-dasar keistiqamahan di tengah kaum muslimin dan terbukanya pintu-pintu penyelewengan yang berakibat mendekatnya penyeru-penyeru penyelewengan dari kalangan syaithan jin dan manusia. Diriwayatkan oleh Al-Imam Ahmad dalam Musnad-nya, Ibnu Majah dalam Sunan-nya, Ibnu Hibban di dalam Shahih-nya, Ad-Darimi di dalam Sunan-nya dan selain mereka dan dishahihkan oleh Asy-Syaikh Al-Albani di dalam kitab Shahih Sunan Ibnu Majah, 1/7, hadits no. 11, dari shahabat Abdullah bin Mas’ud radhiallahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam membuat sebuah garis lurus dengan tangan beliau dan mengatakan: “Ini adalah jalan Allah yang lurus.” Lalu beliau menggaris dari kanan dan kiri kemudian mengatakan: “Ini adalah jalan-jalan yang tidak ada satupun dari jalan-jalan tersebut melainkan syaithan menyeru di atasnya.” Kemudian beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam membaca firman Allah Subhanahu wa Ta’ala: “Ini adalah jalanku yang lurus maka ikutilah dia, dan jangan kalian mengikuti jalan-jalan yang menyebabkan kalian terpisah dari jalan-Nya. Demikianlah wasiat Allah kepada kalian agar kalian menjadi orang yang bertakwa.”
b.   Meninggalkan pendidikan Islami bagi generasi muslim sejak dini dan menganggap perkara tersebut sebagai perkara kecil. Generasi penerus itu tidak diarahkan kepada sesuatu yang bermanfaat untuk kehidupan dunia dan akhirat mereka. Lalu bagaimana bisa diharapkan bila demikian cara peletakan batu pertama terhadap generasi Islam, agar dia tumbuh menjadi orang yang cinta terhadap ketaatan, benci terhadap kemaksiatan dan selamat fitrahnya?
c.   Memberikan kebebasan kepada anak-anak untuk mencari kesenangan hidup tanpa ada aturan syariat. Sehingga anak pun melakukan segala kerusakan selama dia bisa mendapatkan kesenangan, seperti permainan yang melalaikan, menonton film-film porno dan sinema yang penuh kedustaan, narkoba, ‘dugem’, pergaulan bebas, merokok, musik, dan lain-lain.
d.   Hilangnya perhatian para guru terhadap anak didiknya, sehingga mereka berbuat apa saja yang diinginkan, walaupun hal itu bertentangan dengan apa yang dikajinya. Hal ini mengakibatkan pada diri mereka muncul dua pendorong yang berbahaya. Pertama: Dorongan untuk terjerumus menjadi orang yang menyeleweng, dan Kedua: Menjadi orang yang bangkrut kehidupan dunia dan akhiratnya.
e.   Meninggalkan rumah-rumah Allah Subhanahu wa Ta’ala (masjid) dan tidak memenuhi panggilan seruan da’i-Nya, karena melanglang buana dalam aktivitas yang tidak berguna untuk dunia, terlebih untuk akhirat. Inilah mayoritas perbuatan yang dilakukan di tengah muslimin, terlebih di kalangan para pemuda yang cenderung senantiasa melampiaskan nafsunya.
f.    Bertebarannya kemungkaran di tengah-tengah kaum muslimin dan terciptanya lingkungan yang jelek dan kotor. Semua ini sangat mungkin menjadi sebab terjadinya penyelewengan dan keluar dari istiqamah.
g.   Terlepasnya tali hubungan antara anak dan bapak yang shalih lagi bertakwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, sehingga anak menempuh jalan-jalan kedurhakaan yang merupakan seruan Iblis dan tentara-tentaranya untuk menuntut keadilan dan kebebasan hidup dari orang tua yang shalih dan bertakwa tersebut. (Lihat kitab Asbab Istiqamah Asy-Syabab wa Bawa’its Inhirafihim karya Asy-Syaikh Zaid bin Muhammad bin Hadi Al-Madkhali, hal. 29-32).
Ini beberapa sebab terjadinya penyelewengan dan keluarnya seorang muslim dari jalur istiqamah. Keadaan ini membutuhkan jawaban (solusi) agar jangan sampai generasi Islam pada masa yang mendatang menjadi pengibar bendera kesesatan dan penyelewengan, menjadi generasi yang tidak berdaya di hadapan musuh-musuh Allah Subhanahu wa Ta’ala, generasi yang egois, rusak moral, menjadi generasi yang rendah dan budak piaraan musuh-musuh mereka. Tentu jawabannya adalah harus kembali meniti jalan salaf (pendahulu) kita yang shalih di dalam memahami dan mengamalkan agama Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
سَلَّطَ اللهُ عَلَيْكُمْ ذُلاًّ لاَ يَنْزِعُهُ حَتَّى تَرْجِعُوا إِلَى دِيْنِكُمْ

“Allah akan menimpakan kepada kalian kehinaan dan tidak akan tercabut kehinaan tersebut sampai kalian kembali kepada agama kalian.”  (HR. Abu Dawud dari shahabat Abdullah bin ‘Umar radhiallahu ‘anhuma. Dishahihkan oleh Asy-Syaikh Al-Albani dalam Shahihul Jami’ no. 423)
Al-Imam Malik rahimahullah mengatakan:
لَنْ يُصْلِحَ أَمْرَ هَذِهِ اْلأُمَّةِ إِلاَّ مَا أَصْلَحَ بِهَا أَوَّلَهَا


“Sekali-kali tidak akan ada yang memperbaiki urusan umat ini melainkan (harus kembali) kepada apa yang telah memperbaiki umat terdahulu.”
Seorang penyair mengatakan:
كُلُّ خَيْرٍ فِي اتِّبَاعِ مَنْ سَلَفَ وَكُلُّ شَرٍّ فِي ابْتِدَاعِ مَنْ خَلَفَ


“Setiap kebaikan itu karena mengikuti salaf dan setiap kejahatan itu karena kebid’ahan orang kemudian.”
Abu ‘Amr Al-Auza’i rahimahullah mengatakan:
عَلَيْكَ بِآثَارِ مَنْ سَلَفَ وَإِنْ رَفَضَكَ النَّاسُ


“Hendaklah kamu mengikuti jalan-jalan pendahulumu yang shalih sekalipun orang-orang menolakmu (tidak menyukaimu).”
Penulis : Al Ustadz Abu Usamah bin Rawiyyah An Nawawi
Sumber : www.asysyariah.com

Senin, 21 November 2011

RENUNGAN AKHIR TAHUN 1434 H. EVALUASI DIRI MENUJU TAHUN BARU 1435 H. Oleh : ABD. ROUF AZHAR



بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
PENDAHULUAN :
Berbicara tentang tahun baru Hijriyah, terlebih dahulu harus dipahami bahwa sitim kalender yang populer dan berlaku saat ini ada dua, yaitu sistim syamsiyah (perhitungan didasarkan atas peredaran bumi mengelilingi matahari) dan sistim qomariyah  (peredaran bulan mengelilingi bumi). Untuk tahun Hijriyah perhitungannya dilakukan dengan sistim qomariyah dan dikenal dengan kalender Hijriyah sedangkan yang di kenal luas saat ini secara umum adalah kalender Masehi yang perhitungan didasarkan sistim syamsiyah.
Ada perbedaan perhitungan antara sistim syamsiyah dangan qomariyah, dalam sistim qomariyah rata-rata satu tahun berlangsung selama ± 354 hari sedangkan dalam sistim syamsiyah satu tahun berlangsung ± 365 hari sehingga ada selisih 11 hari hal ini disebabkan karena jumlah bilangan hari yang tidak sama persis, inilah yang menyebabkan pergeseran waktu hari-hari besar Islam yang selalu berbeda tanggal dan bulan nya apabila dilihat dari kalender Masehi.
Seperti halnya dalam kalender Masehi di dalam kalender Hijriyah terdapat 12 bulan yaitu:
Muharam, Safar, Rabiulawal, Rabiulakhir, Jumadilawal, Jumadilakhir, Rajab, Sya’ban, Ramadhan, Syawal, Dzulkaidah dan Dzulhijjah.
Hal Penting :
Hal penting untuk dilakukan adalah mengadakan muhasabah (Evaluasi diri), dengan bertitik tolak pada Al-Qur'an Surah Al-Hasyr 18-20 :
Ayat 18 :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang Telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.
Ayat 19 :
وَلَا تَكُونُوا كَالَّذِينَ نَسُوا اللَّهَ فَأَنْسَاهُمْ أَنْفُسَهُمْ أُولَئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ
Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada diri mereka sendiri. Mereka itulah orang-orang yang fasik.
Ayat  20 :
لَا يَسْتَوِي أَصْحَابُ النَّارِ وَأَصْحَابُ الْجَنَّةِ أَصْحَابُ الْجَنَّةِ هُمُ الْفَائِزُونَ
Tidaklah sama penghuni-penghuni neraka dengan penghuni-penghuni jannah; penghuni-penghuni jannah Itulah orang-orang yang beruntung.
MUHASABAH :
Ø  Kualitas Keimanan
Ø  Pemahaman tentang makna hidup
Ø  Pemahaman agama kita
Ø  Amal ibadah kita.
1) Kualitas keimanan dan keislaman kita dapat dilihat sejauh mana kita menjadikan agama sebagai acuan dalam hidup. Apakah agama (dalam hal ini keridhaan Allah) sebagai pertimbangan utama untuk melakukan sesuatu dalam kehidupan ini apapun aktifitas kita.
2)    Makna hidup   Beberapa kelompok  ttg pemahman makna hidup :
ü Hidup hanya sekali, mereka tidak meyakini sdikitpun adanya kehidupan setelah mati (Atheis). Disindir dalam Al-Qur'an Surah Al-Jatsiyah  24:
وَقَالُوا مَا هِيَ إِلَّا حَيَاتُنَا الدُّنْيَا نَمُوتُ وَنَحْيَا وَمَا يُهْلِكُنَا إِلَّا الدَّهْرُ وَمَا لَهُمْ بِذَلِكَ مِنْ عِلْمٍ إِنْ هُمْ إِلَّا يَظُنُّونَ
Dan mereka berkata: "Kehidupan ini tidak lain hanyalah kehidupan di dunia saja, kita mati dan kita hidup dan tidak ada yang membinasakan kita selain masa", dan mereka sekali-kali tidak mempunyai pengetahuan tentang itu, mereka tidak lain hanyalah menduga-duga saja.
ü  Memburu dunia dengan meninggalkan akhirat. Mereka masih punya keyakinan adanya hidup setelah mati namun tidak peduli.
ü  Dunia ibarat ladang untuk bercocok tanam yang hasilnya akan diperoleh di akhirat kelak. Surah Al-An’am 32 :
وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا لَعِبٌ وَلَهْوٌ وَلَلدَّارُ الْآَخِرَةُ خَيْرٌ لِلَّذِينَ يَتَّقُونَ أَفَلَا تَعْقِلُونَ
Dan tiadalah kehidupan dunia ini, selain dari main-main dan senda gurau belaka[468]. dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertaqwa. Maka Tidakkah kamu memahaminya ?
[468]  Maksudnya: kesenangan-kesenangan duniawi itu Hanya sebentar dan tidak kekal. janganlah orang terperdaya dengan kesenangan-kesenangan dunia, serta lalai dari memperhatikan urusan akhirat.
Sebagai bahan renungan lebih jauh tentang kehidupan Mari kita buka dan simak Surah Al-Baqarah 28 :
كَيْفَ تَكْفُرُونَ بِاللَّهِ وَكُنْتُمْ أَمْوَاتًا فَأَحْيَاكُمْ ثُمَّ يُمِيتُكُمْ ثُمَّ يُحْيِيكُمْ ثُمَّ إِلَيْهِ تُرْجَعُونَ
Mengapa kamu kafir kepada Allah, padahal kamu tadinya mati, lalu Allah menghidupkan kamu, Kemudian kamu dimatikan dan dihidupkan-Nya kembali, Kemudian kepada-Nya-lah kamu dikembalikan?
Ayat tersebut memberikan pemahaman bahwa ada Empat tahapan dilalui manusia yaitu: Hidup, mati, hidup dan mati.
Tahapan demi tahapan tersebut dapat dipahami sbb. :
v Mati : yaitu ketika manusia belum dilahirkan oleh ibu kandungnya ke alam dunia yang fana ini. Tahapan ini sudah kita lalui bersama, dan memang tidak ada hal yang harus dipertanggung jawabkan.
v Hidup : yaitu sejak dilahirkan ke alam dunia yang fana ini. Dalam hidup ini ternyata dibebani dengan berbagai kewajiban sebagai mukallaf :
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku. (Q.S. Adz-Dzariat 56).
Pada tahapan ini seluruh aktifitas diperhitungkan dan akan dipertanggung jawabkan pada tahapan selanjutnya.
v Mati : Yaitu ketika manusia berpindah alam dari alam dunia yang fana ini ke alam kubur (Alam Barzah). Mati hakekatnya adalam perpindahan alam dari alam dunia ke alam kubur atau Alam Barzah, sayangnya betapa banyak manusia yang tahu akan hal ini tapi kurang memahaminya dengan benar sehingga meyebabkan ia takut mati. Allah berfirman :
أَيْنَمَا تَكُونُوا يُدْرِكُكُمُ الْمَوْتُ وَلَوْ كُنْتُمْ فِي بُرُوجٍ مُشَيَّدَةٍ  
Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh.. (Q.S. An-Nisa’ 78).
ثُمَّ أَمَاتَهُ فَأَقْبَرَهُ
.. Kemudian Dia mematikannya dan memasukkannya ke dalam kubur, (Q.S. ‘Abasa 21).
قُلْ إِنَّ الْمَوْتَ الَّذِي تَفِرُّونَ مِنْهُ فَإِنَّهُ مُلَاقِيكُمْ ثُمَّ تُرَدُّونَ إِلَى عَالِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ
Katakanlah: "Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, Maka Sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, Kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu dia beritakan kepadamu apa yang Telah kamu kerjakan". (Q.S. Al-Jumu’ah 8)
Di alam kubur ini manusia ditentukan oleh aktifitasnya pada tahapan kedua yaitu hidup di dunia, karena dikala gagal menjalani kehidupan dunia dengan baik, maka akan menemui siksa kubur. Rasulaullah bersabda :
حَدِيثُ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا تَشَهَّدَ أَحَدُكُمْ فَلْيَسْتَعِذْ بِاللَّهِ مِنْ أَرْبَعٍ يَقُولُ اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ جَهَنَّمَ وَمِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَمِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ وَمِنْ شَرِّ فِتْنَةِ الْمَسِيحِ الدَّجَّالِ * 
Diriwayatkan daripada Abu Hurairah r.a katanya: Rasulullah s.a.w pernah bersabda: Apabila seseorang dari kamu berada dalam keadaan tasyahhud, maka hendaklah dia memohon perlindungan kepada Allah dari empat perkara dengan berdoa:
 اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ جَهَنَّمَ وَمِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَمِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ وَمِنْ شَرِّ فِتْنَةِ الْمَسِيحِ الدَّجَّالِ
yang bermaksud: Ya Allah! Sesungguhnya aku memohon perlindungan kepadaMu dari siksaan Neraka Jahannam, dari siksa Kubur, dari fitnah semasa hidup dan selepas mati serta dari kejahatan fitnah Dajjal * (H.R. Abu Hurairah)
v Hidup : yaitu ketika manusia dibangkitkan dari alam kubur dan dikumpulkan di alam mahsyar.
وَقَالَ الَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ وَالْإِيمَانَ لَقَدْ لَبِثْتُمْ فِي كِتَابِ اللَّهِ إِلَى يَوْمِ الْبَعْثِ فَهَذَا يَوْمُ الْبَعْثِ وَلَكِنَّكُمْ كُنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ
Dan berkata orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan dan keimanan (kepada orang-orang yang kafir): "Sesungguhnya kamu telah berdiam (dalam kubur) menurut ketetapan Allah, sampai hari berbangkit; maka inilah hari berbangkit itu akan tetapi kamu selalu tidak meyakini (nya). (Q.S. Ar-Ruum 56).
Ketika itu manusia dikumpulkan oleh Allah di satu tempat yang namanya  Mahsyar, dalam suasana menegangkan di Mahsyar tersebut Allah berfirman Q.s. Al-Isra' 13-14:
وَكُلَّ إِنْسَانٍ أَلْزَمْنَاهُ طَائِرَهُ فِي عُنُقِهِ وَنُخْرِجُ لَهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ كِتَابًا يَلْقَاهُ مَنْشُورًا (13) اقْرَأْ كِتَابَكَ كَفَى بِنَفْسِكَ الْيَوْمَ عَلَيْكَ حَسِيبًا (14)
13.  Dan tiap-tiap manusia itu Telah kami tetapkan amal perbuatannya (sebagaimana tetapnya kalung) pada lehernya. dan kami keluarkan baginya pada hari kiamat sebuah Kitab yang dijumpainya terbuka. 14.  "Bacalah kitabmu, cukuplah dirimu sendiri pada waktu Ini sebagai penghisab terhadapmu".
Ketika itu seluruh manusia takut, khawatir dan cemas. Lalu diberikan catatan hariannya dalam bentuk kitab yang terbuka itu, dan ternyata sebagian besar manusia mengelak terhadap isi catatan yang ada (mengingkari dosa dan maksiat yang pernah dilakukan). Namun hal ini telah jauh-jauh disindir oleh Allah dalam Al-Qur’an Surah Yasin 65:
الْيَوْمَ نَخْتِمُ عَلَى أَفْوَاهِهِمْ وَتُكَلِّمُنَا أَيْدِيهِمْ وَتَشْهَدُ أَرْجُلُهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ
Pada hari Ini kami tutup mulut mereka; dan berkatalah kepada kami tangan mereka dan memberi kesaksianlah kaki mereka terhadap apa yang dahulu mereka usahakan.

3)     Pemahaman agama
Firman Allah Surah Al-Fatihah ayat 6 :
اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ
Tunjukilah[8] kami jalan yang lurus,
[8]  Ihdina (tunjukilah kami), dari kata hidayaat: memberi petunjuk ke suatu jalan yang benar. yang dimaksud dengan ayat Ini bukan sekedar memberi hidayah saja, tetapi juga memberi taufik.
Tunjukilah kami jalan yang lurus,
ü  Benarkah ikrar kita Hanya Kepada Allah kami mengadbdi/menyembah dan hanya kepadan-Nya kita memohon pertolongan ini sudah kita wujudkan ???
ü   Apakah kita sudah berada di jalan yang lurus
ü  Raslulullah mengatakan :
مَنْ يُرِدِ اللَّهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِي الدِّينِ
"Barangsiapa yang diinginkan oleh Allah untuk diberi kebaikan, diberinya dia pemahaman terhadap agama-Nya. " (H.R. Bukhari dan Muslim)
ü  Jalan Yang lurus identik dengan pemahaman agama : Barang siapa yang dikehendaki Allah dalam kebaikan/ berada di jalan yang lurus maka ia akan difahamkan ilmu agama.
ü  Untuk dapat faham agama kita harus selalu mengkaji dan belajar agama.
ü  Masih banyak kita ini yang baru tahu agama tapi belum memahami agama :
Agama untuk kepentingan dunia akhirat
Salah satu contoh misalnya tentang Shalat, masih banyak orang yang belum memahami tujuan sholat sesuai dengan penyampaian Allah dalam Al-Qur’an:
Tujuan Shalat.
1.      Pengabdian kepada Allah
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku.(Q.s. Adz-Dzariyat 56).
2.   Sarana untuk mengingat Allah.
إِنَّنِي أَنَا اللَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنَا فَاعْبُدْنِي وَأَقِمِ الصَّلَاةَ لِذِكْرِي
Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku. (Q.s. Thaha 14).
فَإِذَا قَضَيْتُمُ الصَّلَاةَ فَاذْكُرُوا اللَّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَى جُنُوبِكُمْ فَإِذَا اطْمَأْنَنْتُمْ فَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ إِنَّ الصَّلَاةَ كَانَتْ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ كِتَابًا مَوْقُوتًا
Maka apabila kamu Telah menyelesaikan shalat(mu), ingatlah Allah di waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring. Kemudian apabila kamu Telah merasa aman, Maka Dirikanlah shalat itu (sebagaimana biasa). Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman. (Q.S. An-Nisa’ 103)
3.   Mencegah dari pebuatan keji dan mungkar.
اتْلُ مَا أُوحِيَ إِلَيْكَ مِنَ الْكِتَابِ وَأَقِمِ الصَّلَاةَ إِنَّ الصَّلَاةَ تَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ
Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Qur'an) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Q.s Al- Angkabut 45).
4.  Menghindarkan dari sifat dasar negatif.
إِنَّ الْإِنْسَانَ خُلِقَ هَلُوعًا (19) إِذَا مَسَّهُ الشَّرُّ جَزُوعًا (20) وَإِذَا مَسَّهُ الْخَيْرُ مَنُوعًا (21) إِلَّا الْمُصَلِّينَ (22) الَّذِينَ هُمْ عَلَى صَلَاتِهِمْ دَائِمُونَ (23)
19. Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir. 20.  Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah, 21.  Dan apabila ia mendapat kebaikan ia amat kikir, 22.  Kecuali orang-orang yang mengerjakan shalat,23.  Yang mereka itu tetap mengerjakan shalatnya, (Q.s. Al-Maa’arij 19-23).
4. Amal Ibadah kita
Firman Allah Surah Al-Mulk ayat 2 :
الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا وَهُوَ الْعَزِيزُ الْغَفُورُ
Yang menjadikan mati dan hidup, supaya dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. dan dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.
Mari kita evaluasi amal ibadah kita, apakah sudah benar dan baik ???
Benar artinya : Sesuai dengan tuntunan (Sudah pernah kita bahas larangan beramal tanpa ilmu), baik artinya kita laksanakan dengan ikhlas dan istiqomah.
Kita sering lemah dengan yang namanya Istiqomah ini !!!!
Mari kita menguatkan tekad kita untuk tahun depan, dengan meningkatkan ilmu tentang ibadah, keikhlasan dalam ibadah dan keistiqomahan kita dalam ibadah.

PENUTUP
Mari kita berusaha senantiasa mengadakan muhasabah (evaluasi/introspeksi diri), sebab kita tidak ada yang tahu berapa lama lagi sisa umur kita. Allah berfirman :
كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ وَإِنَّمَا تُوَفَّوْنَ أُجُورَكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَمَنْ زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَأُدْخِلَ الْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ
Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. dan Sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam syurga, Maka sungguh ia Telah beruntung. kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan. (Q.S. Ali Imran 185)
Kalau kita tidak mampu selalu evaluasi diri seperti uraian-uraian tersebut, maka Allah menggambarkan dalam ayat 20 Surah Hasyr (seperti ayat yang telah disampaikan di depan):
لَا يَسْتَوِي أَصْحَابُ النَّارِ وَأَصْحَابُ الْجَنَّةِ أَصْحَابُ الْجَنَّةِ هُمُ الْفَائِزُونَ
Tidaklah sama penghuni-penghuni neraka dengan penghuni-penghuni jannah; penghuni-penghuni jannah Itulah orang-orang yang beruntung.
Penghuni-penghuni neraka : orang yang tidak mampu muhasabah (evaluasi/introspeksi diri), Penghuni-penghuni surga : orang-orang yang pandai muhasabah terhadap dirinya untuk perbaikan dimasa yang akan datang.

SEMOGA ALLAH MENJADIKAN DIRI KITA ORANG-ORANG YANG MAMPU MELAKUKAN MUHASABAH TERHADAP DIRI KITA MASING-MASING.. AMIN..........
AKHIRNYA KAMI UCAPKAN "SELAMAT TAHUN BARU 1435 H." SEMOGA DI TAHUN INI KITA BISA LEBIH BAIK DALAM SEGALA HAL... AMIN......
ALLAHU A’LAM
 

Copyright 2008 All Rights Reserved | RENUNGAN ISLAMI Designed by Bloggers Template | CSS done by Link Building